Di
sebuah tempat pemberhentian Bus, terlihat seorang anak dengan sebuah box
digenggaman tangannya yang berisi bermaxam-macam kue hasil buatan sang bunda.
Anak lelaki itu bernama Ari. Setiap hari ia biasa bangun dini hari untuk
membantu ibunya berjualan kue. Tubuh kecilnya tak menghalangi semangatnya untuk
mencari nafkahdemi kelangsungan hidupnya. Disaat anak itu sedang duduk disebuah
kurs,tiba-tiba seseorang menyapanya.
“nak,
apa yang sedang kamu lakukan pagi-pagi buta begini disini?” tanya sosok lelaki
parubaya.
“saya
sedang berjualan pak. Apakah bapak ingin membeli kue buatan ibu saya ini?”.
Jawab Ari dengan penuh semangat.
“oh
tidak, terimakasih nak. Tapi, bolehlah saya beli sepuluh buah untuk anak dan
istri saya di ruma”.balas bapak bertubuh tegap itu.
“ari kemudian membungkuskan kue sesuai
dengan pernintaan lelaki disampingnya ke dalam sebuah plastik hitam miliknya.
“ini
pak kuenya, semuanya 10ribu rupiah”. Ujarnya sambil menyerahkan plastik hitam
kepada lelaki tersebut.
“ini
uangnya nak, ambil saja kembaliannya”.
Lelaki itu memberikan selembar uang
20ribuan kepada Ari. Dan langsung pergi meninggalkan Ari sendiri disana.
“Terimakasih pak”.ia sangat
berterimakasih pada lelaki parubaya itu. Tapi saat ia berteriak, pria itu telah
jauh meninggalkannya. Mungkin pria tersebut tak mendengar ucapannya.
Mentari
telah terbit dan tak malu untuk menampakkan sinarnya. Sekitar pukul 6 pagi, Ari
pulang kerumahnya didaerah Perayangan sekitar 1 km dari tempat ia biasa
berjualan. Sekarang saatnya untuk ia pergi ke sekolah. Ia sekarang duduk di
kelas 2 SMP,di salah satu sekolah didekat rumahnya.
Sesampainya
didepan pintu rumah mungil nan sederhana itu, Ari mengetuk pintu rumah dan tak
lupa mengucapkan salam kepada sang penghuni rumah.
“Assalamu’alaikum
Bunda,Ari pulang”. Panggil Ari dengan lantang. Ia sangat bersemangat, karena
hari ini kue jualannya habis terjual.”Pasti bunda senag melihat kueku terjual
habis”. Pikirnya dalam hati.
“Wa’alaikum
Salam”. Jawab seorang wanita berkursi roda dari balik pintu. Wanita tersebut
tak lain adalah ibu Khumairah, ibu dari Ari.
“Wah
anak bunda sudah pulang ya? Pasti Ari capek. Ayo masuk nak. Bunda sudah siapkan
sarapan buat kamu”. Ucap wanita parubaya itu sambil meletakkan box makanan yang
dipegang putranya di atas meja.
“Terimaksaih
bunda, Ari senang dagangan kit hari ini habis terjual”. Seru Ari dengan penuh
semangat. Wanita itu senang melihat ekspresi sang putra yang menampakkan
kebahagiaan.
“Wah,
Alhamdulillahkalau begitu, kita harus mengucap syukur kepada ALLA SWT yang
telah memberi kita rezeki untuk hari ini”. Jawab ibu Khumairah kepada anak
semata wayang yang sangat dicintainya itu.
Tiba-tiba raut
muka Ibu Khumairah berubah seketika menjadi sedih. Ia meneteskan air matanya.
Ia tak mampu lagi menahan gejolak rasa di hatinya. Ia malu pada dirinya sendiri
yang tak berdaya. Sehingga sang anak yang ia kasihi dan cintai harus membanting
tulang untuk membiayai hidup mereka berdua.
“Bunda kenapa?
Kenapa bunda menangis? Seharusnya bunda senang karena dagangan kita habis
terjual?”. Tanya Ari penuh rasa khawatir akan apa yang terjadi dengan ibu yang
sangat ia cintai.
“Bunda malu
sayang. Seharusnya kamu tidak pantas melakukan semua ini. Ini adalah tugas
bunda. Bunda yang seharusnya bekerja untuk kita, bukan kamu”. Jawab ibu
Khumairahdengan penuhisak tangis membasahi pipinya.
“Bunda mengapa
berkata seperti itu? Ini sudah menjadi tugas Ari untuk meringankan tugas
bunda”. Tukas Ari, tak terasa air matanya pun ikut menetes. Ia tahu, seharusnya
ia tidak boleh membuat ibunya bertambah sedih.
“Seandainya saja
bunda tidak seperti ini, mungkin kamu tidak akan merasakan hal ini. Ini semua
salah bunda”. Balas sang bundakepada Ari sambil mengusap air matai sang anak
yang telah membasahi sekujur pipinya.
“Bunda, ini
bukan salah bunda. Ini semua merupakan takdir ALLAH SWT.kita tidak boleh
menyalahkan takdir. Mungkin ini suatu ujian untuk kita. ALLAh sedang menguji
kita untuk menaikkan derajat kita di sisi-Nya. Ari sayang bunda, Ari tidak mau
bunda menyalahkan diri bunda sendiri”.
Mendengar ucapan
sang anak, wanita itu semakin menangis. Ia sangat bangga kepada sang anak. Ia tak menyangka anak
tercintanya dapat berpikir lebih dewasa dari yng ia bayangkan. Sambil
mengusapkan air matanya,wanita itu berkata dalam hatinya. “ALLAHU AKBAR. Terimakasih
ya ALLAH engkau telah mengirimkan malaikat kecil untukku. Aku berjanji akan
menjaga dan merawatnya sampai ia tumbuh dewasa dan dapat ku pertanggung
jawabkan dihadapanMU kelak”. Wanita itu memeluk erat sang anak. Ia yakin,ia
mampu menghadapi ujian apapun di dunia ini asalkan ia selalu bersama permata
hatin ya yaitu ARI
“Bunda juga
sangat sangat menyayangi Ari. Bunda berjanji akan melakukan yang terbaik untuk
Ari. Bunda akan lebih tegar dalam menghadapi ujian dari ALLAH SWT, asalkan ada
Ari di sisi bunda”. Tampak raut muka ibu
khumairah di penuhi rasa kasih sayang.
“Ari juga berjanji tidak akan pernah mengecewakan bunda. Ari akan melakukan apapun yang Ari
bisa UNTUK BUNDA”. Ari memeluk sang bunda dengan penuh rasa kasih sayang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar