Jumat, 15 Maret 2013

UNTUK BUNDA



            Di sebuah tempat pemberhentian Bus, terlihat seorang anak dengan sebuah box digenggaman tangannya yang berisi bermaxam-macam kue hasil buatan sang bunda. Anak lelaki itu bernama Ari. Setiap hari ia biasa bangun dini hari untuk membantu ibunya berjualan kue. Tubuh kecilnya tak menghalangi semangatnya untuk mencari nafkahdemi kelangsungan hidupnya. Disaat anak itu sedang duduk disebuah kurs,tiba-tiba  seseorang menyapanya.
            “nak, apa yang sedang kamu lakukan pagi-pagi buta begini disini?” tanya sosok lelaki parubaya.
            “saya sedang berjualan pak. Apakah bapak ingin membeli kue buatan ibu saya ini?”. Jawab Ari dengan penuh semangat.
            “oh tidak, terimakasih nak. Tapi, bolehlah saya beli sepuluh buah untuk anak dan istri saya di ruma”.balas bapak bertubuh tegap itu.
“ari kemudian membungkuskan kue sesuai dengan pernintaan lelaki disampingnya ke dalam sebuah plastik hitam miliknya.
            “ini pak kuenya, semuanya 10ribu rupiah”. Ujarnya sambil menyerahkan plastik hitam kepada lelaki tersebut.
            “ini uangnya nak, ambil saja kembaliannya”.
Lelaki itu memberikan selembar uang 20ribuan kepada Ari. Dan langsung pergi meninggalkan Ari sendiri disana.
            “Terimakasih pak”.ia sangat berterimakasih pada lelaki parubaya itu. Tapi saat ia berteriak, pria itu telah jauh meninggalkannya. Mungkin pria tersebut tak mendengar ucapannya.
            Mentari telah terbit dan tak malu untuk menampakkan sinarnya. Sekitar pukul 6 pagi, Ari pulang kerumahnya didaerah Perayangan sekitar 1 km dari tempat ia biasa berjualan. Sekarang saatnya untuk ia pergi ke sekolah. Ia sekarang duduk di kelas 2 SMP,di salah satu sekolah didekat rumahnya.
            Sesampainya didepan pintu rumah mungil nan sederhana itu, Ari mengetuk pintu rumah dan tak lupa mengucapkan salam kepada sang penghuni rumah.
            “Assalamu’alaikum Bunda,Ari pulang”. Panggil Ari dengan lantang. Ia sangat bersemangat, karena hari ini kue jualannya habis terjual.”Pasti bunda senag melihat kueku terjual habis”. Pikirnya dalam hati.
            “Wa’alaikum Salam”. Jawab seorang wanita berkursi roda dari balik pintu. Wanita tersebut tak lain adalah ibu Khumairah, ibu dari Ari.
            “Wah anak bunda sudah pulang ya? Pasti Ari capek. Ayo masuk nak. Bunda sudah siapkan sarapan buat kamu”. Ucap wanita parubaya itu sambil meletakkan box makanan yang dipegang putranya di atas meja.
            “Terimaksaih bunda, Ari senang dagangan kit hari ini habis terjual”. Seru Ari dengan penuh semangat. Wanita itu senang melihat ekspresi sang putra yang menampakkan kebahagiaan.
            “Wah, Alhamdulillahkalau begitu, kita harus mengucap syukur kepada ALLA SWT yang telah memberi kita rezeki untuk hari ini”. Jawab ibu Khumairah kepada anak semata wayang yang sangat dicintainya itu.
Tiba-tiba raut muka Ibu Khumairah berubah seketika menjadi sedih. Ia meneteskan air matanya. Ia tak mampu lagi menahan gejolak rasa di hatinya. Ia malu pada dirinya sendiri yang tak berdaya. Sehingga sang anak yang ia kasihi dan cintai harus membanting tulang untuk membiayai hidup mereka berdua.
“Bunda kenapa? Kenapa bunda menangis? Seharusnya bunda senang karena dagangan kita habis terjual?”. Tanya Ari penuh rasa khawatir akan apa yang terjadi dengan ibu yang sangat ia cintai.
“Bunda malu sayang. Seharusnya kamu tidak pantas melakukan semua ini. Ini adalah tugas bunda. Bunda yang seharusnya bekerja untuk kita, bukan kamu”. Jawab ibu Khumairahdengan penuhisak tangis membasahi pipinya.
“Bunda mengapa berkata seperti itu? Ini sudah menjadi tugas Ari untuk meringankan tugas bunda”. Tukas Ari, tak terasa air matanya pun ikut menetes. Ia tahu, seharusnya ia tidak boleh membuat ibunya bertambah sedih.
“Seandainya saja bunda tidak seperti ini, mungkin kamu tidak akan merasakan hal ini. Ini semua salah bunda”. Balas sang bundakepada Ari sambil mengusap air matai sang anak yang telah membasahi sekujur pipinya.
“Bunda, ini bukan salah bunda. Ini semua merupakan takdir ALLAH SWT.kita tidak boleh menyalahkan takdir. Mungkin ini suatu ujian untuk kita. ALLAh sedang menguji kita untuk menaikkan derajat kita di sisi-Nya. Ari sayang bunda, Ari tidak mau bunda menyalahkan diri bunda sendiri”.
Mendengar ucapan sang anak, wanita itu semakin menangis. Ia sangat bangga  kepada sang anak. Ia tak menyangka anak tercintanya dapat berpikir lebih dewasa dari yng ia bayangkan. Sambil mengusapkan air matanya,wanita itu berkata dalam hatinya. “ALLAHU AKBAR. Terimakasih ya ALLAH engkau telah mengirimkan malaikat kecil untukku. Aku berjanji akan menjaga dan merawatnya sampai ia tumbuh dewasa dan dapat ku pertanggung jawabkan dihadapanMU kelak”. Wanita itu memeluk erat sang anak. Ia yakin,ia mampu menghadapi ujian apapun di dunia ini asalkan ia selalu bersama permata hatin ya yaitu ARI
“Bunda juga sangat sangat menyayangi Ari. Bunda berjanji akan melakukan yang terbaik untuk Ari. Bunda akan lebih tegar dalam menghadapi ujian dari ALLAH SWT, asalkan ada Ari di sisi bunda”. Tampak raut muka  ibu khumairah di penuhi rasa  kasih sayang. “Ari juga berjanji tidak akan pernah mengecewakan  bunda. Ari akan melakukan apapun yang Ari bisa UNTUK BUNDA”. Ari memeluk sang bunda dengan penuh rasa kasih sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
blogger template by arcane palette